Peninggalan fosil-fosil Homo erectus, yang oleh
antropolog juga dijuluki "Manusia Jawa", menimbulkan dugaan bahwa
kepulauan Indonesia telah mulai berpenghuni pada antara dua juta sampai 500.000
tahun yang lalu. Bangsa Austronesia, yang membentuk mayoritas penduduk pada
saat ini, bermigrasi ke Asia Tenggara dari Taiwan. Mereka tiba di sekitar 2000
SM, dan menyebabkan bangsa Melanesia yang telah ada lebih dahulu di sana
terdesak ke wilayah-wilayah yang jauh di timur kepulauan. Kondisi tempat
yang ideal bagi pertanian, dan penguasaan atas cara bercocok tanam padi
setidaknya sejak abad ke-8 SM, menyebabkan banyak perkampungan, kota, dan
kerajaan-kerajaan kecil tumbuh berkembang dengan baik pada abad pertama masehi.
Selain itu, Indonesia yang terletak di jalur perdagangan laut internasional dan
antar pulau, telah menjadi jalur pelayaran antara India dan Cina selama
beberapa abad. Sejarah Indonesia selanjutnya mengalami banyak sekali
pengaruh dari kegiatan perdagangan tersebut.
Sejak abad ke-1 kapal dagang Indonesia telah
berlayar jauh, bahkan sampai ke Afrika. Sebuah bagian dari relief kapal di
candi Borobudur, k. 800 M.
Di bawah pengaruh agama Hindu dan Buddha, beberapa
kerajaan terbentuk di pulau Kalimantan, Sumatra, dan Jawa sejak abad ke-4
hingga abad ke-14. Kutai, merupakan kerajaan tertua di Nusantara yang berdiri
pada abad ke-4 di hulu sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Di wilayah barat pulau
Jawa, pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M berdiri kerajaan Tarumanegara.
Pemerintahan Tarumanagara dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda dari tahun 669 M
sampai 1579 M. Pada abad ke-7 muncul kerajaan Malayu yang berpusat di Jambi,
Sumatera. Sriwijaya mengalahkan Malayu dan muncul sebagai kerajaan maritim yang
paling perkasa di Nusantara. Wilayah kekuasaannya meliputi Sumatera, Jawa,
semenanjung Melayu, sekaligus mengontrol perdagangan di Selat Malaka, Selat
Sunda, dan Laut Cina Selatan. Di bawah pengaruh Sriwijaya, antara abad ke-8
dan ke-10 wangsa Syailendra dan Sanjaya berhasil mengembangkan
kerajaan-kerajaan berbasis agrikultur di Jawa, dengan peninggalan bersejarahnya
seperti candi Borobudur dan candi Prambanan. Di akhir abad ke-13, Majapahit
berdiri di bagian timur pulau Jawa. Di bawah pimpinan mahapatih Gajah Mada,
kekuasaannya meluas sampai hampir meliputi wilayah Indonesia kini; dan sering
disebut "Zaman Keemasan" dalam sejarah Indonesia.
Kedatangan pedagang-pedagang Arab dan Persia melalui
Gujarat, India, kemudian membawa agama Islam. Selain itu pelaut-pelaut Tiongkok
yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho (Zheng He) yang beragama Islam, juga
pernah menyinggahi wilayah ini pada awal abad ke-15. Para pedagang-pedagang
ini juga menyebarkan agama Islam di beberapa wilayah Nusantara. Samudera Pasai
yang berdiri pada tahun 1267, merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Ketika orang-orang Eropa datang pada awal abad
ke-16, mereka menemukan beberapa kerajaan yang dengan mudah dapat mereka kuasai
demi mendominasi perdagangan rempah-rempah. Portugis pertama kali mendarat di
dua pelabuhan Kerajaan Sunda yaitu Banten dan Sunda Kelapa, tapi dapat diusir
dan bergerak ke arah timur dan menguasai Maluku. Pada abad ke-17, Belanda
muncul sebagai yang terkuat di antara negara-negara Eropa lainnya, mengalahkan
Britania Raya dan Portugal (kecuali untuk koloni mereka, Timor Portugis). Pada
masa itulah agama Kristen masuk ke Indonesia sebagai salah satu misi
imperialisme lama yang dikenal sebagai 3G, yaitu Gold, Glory, and Gospel. Belanda menguasai Indonesia sebagai koloni hingga Perang Dunia II, awalnya
melalui VOC, dan kemudian langsung oleh pemerintah Belanda sejak awal abad
ke-19.
Johannes van den Bosch, pencetus Cultuurstelsel.
Di bawah sistem Cultuurstelsel (Sistem Penanaman)
pada abad ke-19, perkebunan besar dan penanaman paksa dilaksanakan di Jawa,
akhirnya menghasilkan keuntungan bagi Belanda yang tidak dapat dihasilkan VOC.
Pada masa pemerintahan kolonial yang lebih bebas setelah 1870, sistem ini
dihapus. Setelah 1901 pihak Belanda memperkenalkan Kebijakan Beretika, yang
termasuk reformasi politik yang terbatas dan investasi yang lebih besar di
Hindia-Belanda.
Pada masa Perang Dunia II, sewaktu Belanda dijajah
oleh Jerman, Jepang menguasai Indonesia. Setelah mendapatkan Indonesia pada
tahun 1942, Jepang melihat bahwa para pejuang Indonesia merupakan rekan
perdagangan yang kooperatif dan bersedia mengerahkan prajurit bila diperlukan.
Soekarno, Mohammad Hatta, KH. Mas Mansur, dan Ki Hajar Dewantara diberikan
penghargaan oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943.
Soekarno, presiden pertama Indonesia.
Pada Maret 1945 Jepang membentuk sebuah komite untuk
kemerdekaan Indonesia. Setelah perang Pasifik berakhir pada tahun 1945, di
bawah tekanan organisasi pemuda, Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Setelah kemerdekaan, tiga pendiri
bangsa yakni Soekarno, Mohammad Hatta, dan Sutan Sjahrir masing-masing menjabat
sebagai presiden, wakil presiden, dan perdana menteri. Dalam usaha untuk
menguasai kembali Indonesia, Belanda mengirimkan pasukan mereka.
Usaha-usaha berdarah untuk meredam pergerakan
kemerdekaan ini kemudian dikenal oleh orang Belanda sebagai 'aksi kepolisian'
(Politionele Actie), atau dikenal oleh orang Indonesia sebagai Agresi
Militer. Belanda akhirnya menerima hak Indonesia untuk merdeka pada 27 Desember
1949 sebagai negara federal yang disebut Republik Indonesia Serikat setelah
mendapat tekanan yang kuat dari kalangan internasional, terutama Amerika
Serikat. Mosi Integral Natsir pada tanggal 17 Agustus 1950, menyerukan
kembalinya negara kesatuan Republik Indonesia dan membubarkan Republik
Indonesia Serikat. Soekarno kembali menjadi presiden dengan Mohammad Hatta
sebagai wakil presiden dan Mohammad Natsir sebagai perdana menteri.
Pada tahun 1950-an dan 1960-an, pemerintahan
Soekarno mulai mengikuti sekaligus merintis gerakan non-blok pada awalnya,
kemudian menjadi lebih dekat dengan blok sosialis, misalnya Republik Rakyat
Cina dan Yugoslavia. Tahun 1960-an menjadi saksi terjadinya konfrontasi militer
terhadap negara tetangga, Malaysia ("Konfrontasi"), dan
ketidakpuasan terhadap kesulitan ekonomi yang semakin besar. Selanjutnya pada
tahun 1965 meletus kejadian G30S yang menyebabkan kematian 6 orang jenderal dan
sejumlah perwira menengah lainnya. Muncul kekuatan baru yang menyebut dirinya
Orde Baru yang segera menuduh Partai Komunis Indonesia sebagai otak di belakang
kejadian ini dan bermaksud menggulingkan pemerintahan yang sah serta mengganti
ideologi nasional menjadi berdasarkan paham sosialis-komunis. Tuduhan ini
sekaligus dijadikan alasan untuk menggantikan pemerintahan lama di bawah
Presiden Soekarno.
Hatta, Sukarno, dan Sjahrir, tiga pendiri Indonesia.
Jenderal Soeharto menjadi presiden pada tahun 1967
dengan alasan untuk mengamankan negara dari ancaman komunisme. Sementara itu
kondisi fisik Soekarno sendiri semakin melemah. Setelah Soeharto berkuasa,
ratusan ribu warga Indonesia yang dicurigai terlibat pihak komunis dibunuh,
sementara masih banyak lagi warga Indonesia yang sedang berada di luar negeri,
tidak berani kembali ke tanah air, dan akhirnya dicabut kewarganegaraannya.
Tiga puluh dua tahun masa kekuasaan Soeharto dinamakan Orde Baru, sementara
masa pemerintahan Soekarno disebut Orde Lama.
Soeharto menerapkan ekonomi neoliberal dan berhasil
mendatangkan investasi luar negeri yang besar untuk masuk ke Indonesia dan
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar, meski tidak merata. Pada awal
rezim Orde Baru kebijakan ekomomi Indonesia disusun oleh sekelompok ekonom
lulusan Departemen Ekonomi Universitas California, Berkeley, yang dipanggil
"Mafia Berkeley". Namun, Soeharto menambah kekayaannya dan
keluarganya melalui praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang meluas dan dia
akhirnya dipaksa turun dari jabatannya setelah aksi demonstrasi besar-besaran
dan kondisi ekonomi negara yang memburuk pada tahun 1998.
Dari 1998 hingga 2001, Indonesia mempunyai tiga
presiden: Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, Abdurrahman Wahid dan Megawati
Sukarnoputri. Pada tahun 2004 pemilu satu hari terbesar di dunia diadakan
dan dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono.
Indonesia kini sedang mengalami masalah-masalah
ekonomi, politik dan pertikaian bernuansa agama di dalam negeri, dan beberapa
daerah berusaha untuk mendapatkan kemerdekaan, terutama Papua. Timor Timur
akhirnya resmi memisahkan diri pada tahun 1999 setelah 24 tahun bersatu dengan
Indonesia dan 3 tahun di bawah administrasi PBB menjadi negara Timor Leste.
Pada
Desember 2004 dan Maret 2005, Aceh dan Nias dilanda dua gempa bumi besar yang
totalnya menewaskan ratusan ribu jiwa. (Lihat Gempa bumi Samudra Hindia 2004
dan Gempa bumi Sumatra Maret 2005.) Kejadian ini disusul oleh gempa bumi di
Yogyakarta dan tsunami yang menghantam Pantai Pangandaran dan sekitarnya, serta
banjir lumpur di Sidoarjo pada 2006 yang tidak kunjung terpecahkan.
0 komentar:
Posting Komentar